Minggu, 06 Februari 2011

Instalasi Linux Fedora Core

Instalasi Linux Fedora Core

by : Iman Suparman (Yadika 3)
f8-banner-animation.gif
Iseng-iseng kerja di Internet Lounge, enaknya apa ya???. Hari ini tanggal 26 February 2008, aku coba instalasi linux Fedora Core 8. Tapi untuk linux Fedora Core yang lainnya cara instalasi kurang lebih sama dengan Fedora Core versi sebelumnya :) . Aku instalasi dengan laptop kesayanganku yaitu axioooooo :) . Instalasi ini dengan menggunaka CD atau DVD, dan pada saat booting pertama kali rubahlah first boot dengan menggunakan CD atau DVD yang ada pada PC atau laptop anda. pada saat instalasi, akan ada pernyataan yang intinya untuk memeriksa CD atau DVD terjadi kerusakan atau tidak. Anda yakin tidak terjadi kerusakan, maka pilihlah SKIP. Apabila anda memilih OK, maka akan memeriksa CD atau DVD yang anda masukkan. Selanjutnya akan ditampilkan semacam GUI untuk instalasi selanjutnya, berikut yang akan ditampilkan GUI pada saat instalasi :
1. Pilihan Bahasa
Pilihan ini digunakan untuk menentukan bahasa yang digunakan selama proses instalasi. Aku memilih bahasa Indonesia karena orang indonesia, ya karena newbie :) ……..
2. Konfigurasi Keyboard
Memilih layout keyboard yang digunakan. Pilihan ini akan menentukan penerjemahan tombol-tombol keyboard yang digunakan oleh sistem. Saya memilih U.S. English. Sebagian besar layout keyboard yang beredar di Indonesia adalah U.S. English.
3. Pilihan Modus Instalasi (Instal atau Upgrade)
Secara otomatis program instalasi Fedora Core akan mendeteksi ada tidaknya instalasi Fedora Core pada sistem sebelumnya. Jika sudah terdapat instalasi Fedora Core versi-versi sebelumnya, maka akan tampil pilihan Upgrade an existing Installation. Aku memilih instalasi Fedora Core yang baru pada sistem, dengan memilih Install Fedora Core.
4. Pemilihan Partisi Harddisk
Tersedia pilihan untuk mempartisi harddisk sebagai berikut:
 Remove all Linux partitions on this system – pilihan ini untuk menghapus hanya partisi Linux saja.
 Remove all partitions on this system – pilihan ini akan menghapus semua partisi pada harddisk.
 Keep all partitions and use existing free space – pilihan ini untuk melakukan partisi dan instalasi sisa harddisk. Artinya, proses instalasi tidak akan menghapus partisi yang sudah
ada, tetapi akan membuat partisi yang baru di sisa harddisk yang belum terpakai.
 Create custom layout – pilihan ini untuk melakukan partisi sesuai dengan kemauan kita. Aku memilih partisi harddisk secara manual dengan menggunakan Create Custom Layout.
5. Konfigurasi Partisi Harddisk
Harddisk notebook sebesar 40 GB dipartisi menjadi 5. Aku membuat sebuah VolumeGroup partisi LVM (Logical Volume Management) untuk menyimpan partisi / dan swap. Untuk lebih mudah lagi anda bisa gunakan partion magic pada windows untuk partisi hardisk dilinux, agar mudah dalam konfigurasinya. Sebelumya aku telah partisi pada windows tinggal memberikan menyimpan partisi pada / (sebagi root).
6. Konfigurasi Boot Loader
Untuk menjalankan sistem tanpa menggunakan disket boot, perlu diinstalasi sebuah boot loader ke harddisk. Boot loader adalah program yang akan dimuat oleh BIOS komputer dan
bertanggung jawab untuk membaca kernel sistem operasi dan memberikan kendali jalannya sistem kepada kernel tersebut. Pada akhirnya kernel akan melakukan inisialisasi terhadap
sistem dan mengendalikannya.
Program instalasi menyediakan dua pilihan, yaitu GRUB atau tanpa boot loader. GRUB (Grand Unified Bootloader), dijadikan boot loader default pada Fedora Core 6. GRUB mampu memuat berbagai sistem operasi dan dapat diinstal pada salah satu lokasi berikut:
1. Master Boot Record (MBR)
2. Sektor pertama pada partisi boot
Aku menggunakan GRUB sebagai boot loader dan GRUB diinstal pada MBR .
7. Konfigurasi Jaringan
Dalam tahap ini, akan dilakukan konfigurasi network card. Pada notebook saya, menggunakan network card Broadcom Corporation NetXtreme Fast Ethernet. Program
instalasi telah mendeteksi adanya sebuah network card dan menampilkannya dalam daftarjaringan sebagai eth0.
Langkah selanjutnya adalah menentukan informasi untuk network card tersebut. Informasi ini meliputi IP address, netmask jaringan, nama host (hostname), gateway, dan Domain Name Server (DNS) jaringan. Aku disini menggunaka DHCP, jadi ga konfigurasi jaringan deh :) .
8. Pilihan Time Zone
Menentukan time zone sesuai dengan wilayah waktu. Saya memilih Asia/Jakarta (Java & Sumatra), untuk Waktu Indonesia bagian Barat. Hapus tanda check untuk pilihan System clock uses UTC.
9. Menentukan Password Root
Root adalah user yang digunakan untuk administrasi sistem. Pada menu, diminta untuk memasukkan password dua kali untuk memastikan password yang dimasukkan benar-benar
sesuai dengan yang dimaksud dan tidak terjadi salah ketik ketika memasukkan password. Password root minimal terdiri dari 6 karakter.
10. Memilih Group Paket
Pada langkah sebelumnya, saya telah memilih instalasi model Custom. Dengan pilihan ini saya akan memilih sendiri paket yang akan diinstal pada sistem. Saya memilih beberapa
paket yang dibutuhkan untuk keperluan demo server, diantaranya DNS, Web Server, Proxy,
Firewall, VNC, Samba, NFS dan File Server, paket X Window (termasuk display manager XDM dan GDM) dan untuk desktop saya menggunakan GNOME.
11. Instalasi Paket
Proses instalasi diawali dengan membuat filesystem (memformat) partisi yang telah dibuat, mengaktifkan partisi swap, dan sebagainya. Setelah itu satu persatu paket software akan diinstalasi pada sistem. Selama proses instalasi, pada layar akan ditampilkan perkembangan dari proses instalasi.
12. Instalasi Selesai
Program instalasi akan menampilkan konfirmasi untuk melakukan reboot mesin, dengan sebelumnya mengeluarkan DVD-ROM dari DVD Drive. Setelah mesin di-reboot, sistem siap untuk digunakan.

Kamis, 27 Januari 2011

PROFIL FIRMAN UTINA


Profil Firman Utina. Inilah profil lengkap seorang Firman Utina yang menjadi pilar utama di Timnas Indonesia pada ajang piala Aff dan dipercaya menjadi kapten tim oleh pelatih Indonesia, Alfred Riedl.

Nama : Firman Utina
Tempat / Tanggal lahir : Komo Luar, Manado / 15 Desember 1981
Status : Menikah
Istri : Marita Yustika
Anak :
  • Raihan Putra Utina,
  • Salsabila Putri Utina
Karir:

Klub
Indonesia Muda Manado (1993-94)
Bina Taruna Manado (1995-98)

Persma Junior (1998-99)

Persita Tangerang (2000-04)

Arema Malang (2005-06)

Persita Tangerang (2007-2008)

Pelita Jaya (2008-2009)

Persija Jakarta (2009-2010)

Sriwijaya FC (2010-sekarang)



Timnas

Piala Pelajar Asia U-19 (2000)

SEA Games (2001, 2003)

Pra-Piala Asia (2001, 2004)

Pra-Olimpiade (2003)

Piala Tiger (2004).

Piala Asia (2007)

Piala AFF (2010)

Firman Utina dilahirkan di kampung Komo Luar, Manado 28 tahun silam. Ia adalah kapten baru timnas Indonesia setelah Bambang Pamungkas sering dibangku cadangkan oleh pelatih Alfred Riedl.

Firman Utina memulai karir sepakbolanya di klub Sepakbola Indonesia Muda yang berada di daerah asalnya Manado. Selama beberapa tahun ia ditempa di sekolah sepakbola itu, ia kemudian hijrah ke klub amatir Bina Taruna, setelah usianya melewati batas yang dibolehkan di sekolah sepakbola. Keuletannya untuk terus rajin berlatih membuat dia mampu terus memperbaiki penampilannya. Hanya tiga tahun bersama klub amatir tersebut, ia direkrut Persma Junior, salah satu tim semi-profesional yang ada di daerahnya saat itu.

Proses masuk ke Persma Junior terbilang unik. Hal itu karena ia tidak melalui mekanisme seleksi layaknya pemain lain. Sebab ia direkrut setelah mampu mencetak 12 gol dalam satu pertandingan pada turnamen klub lokal di Manado. Torehan gol yang mencengangkan itu sampai ke kuping pelatih Persma Manado saat itu, Benny Dollo. Penasaran dengan sukses salah satu striker lokal yang mampu mencetak gol selusin dalam satu laga, pelatih yang akrab di sapa Bendol tersebut langsung memerintahkan anggotanya menjemput Firman, dan mengajaknya masuk Persma. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Tak ragu, ia langsung menerima pinangan untuk bergabung ke Persma.

Terus ditempa dibawah pelatih Benny Dollo, ia pun menunjukan progres meningkat. Hal tersebut membuat pelatih berjulukan Bendol tersebut tidak ragu  mengikutkannya di mana pun ia menjadi arsitek tim, sehingga membuat banyak orang menyebut Firman adalah “anak emas” pelatih timnas Indonesia itu. Meskipun Firman tidak merasa demikian, namun hal ini sepertinya ada benarnya. Bahkan ketika Benny Dollo melatih timnas Indonesia, Firman selalu dipanggil menjadi pemain inti. Namun untungnya hal tersebut tidak membuat pemain bertinggi badan 165 cm ini besar kepala. Firman hanya mengakui ada simbiosis tersendiri yang saling melengkapi antara dirinya dan Bendol.

Tekadnya untuk terus menekuni karir bermain sepakbola rupanya tidak perlu diragukan. Itu bisa dilihat dengan keputusannya meninggalkan status pegawai negeri sipil (PNS) Kabupaten Tangerang saat merumput bersama Pendekar Cisadane, dan memutuskan hengkang ke Arema Malang, mengikuti jejak pelatih Benny Dollo.

Pilihannya meninggalkan Persita Tangerang dan merapat ke Arema Malang serta menanggalkan status PNS rupanya tidak sia-sia. Sebab di klub kebanggaan Aremania itu ia merasakan manisnya mencicipi gelar juara, meski itu hanya turnamen Copa Indonesia (tahun 2005 dan 2006). Tidak hanya juara tentunya, ia pun mampu menyabet gelar pemain terbaik di ajang tersebut. Satu penghargaan yang membuat motivasinya untuk terus memperbaiki penampilan. Meski beberapa kali di dera cedera dan mengharuskannya untuk istirahat dari lapangan hijau, penampilannya masih tetap stabil. Tahun 2007 menjadi tahun keemasan Firman. Ia terpilih menjadi pemain terbaik Indonesia pada laga melawan Bahrain di ajang Piala Asia 2007.

Setelah pelatih Beny Dollo memutuskan untuk mundur dari kursi pelatih Persita Tangerang, ia pun diprediksi bakal meninggalkan klub tersebut dan kembali mengikut jejak pelatih yang telah menjadikannya sebagai pemain terkenal itu. Akhirnya karena Bendol direkrut timnas, ia pun banting setir dan merapat ke Pelita Jaya, menolak tawaran sejumlah tim papan yang atas mengincarnya.

Meski pernah mengecewakan manajemen Persita Tangerang, tapi dia tetap diterima ketika kembali merapat ke tim tersebut pada awal musim kompetisi 2007 silam. Padahal pada musim 2004, pemain yang memulai debutnya di tim “Merah Putih” sejak 2000 bersama timnas pelajar, pernah memilih menanggalkan statusnya sebagai PNS dan meninggalkan Pendekar Cisadane. Namun hanya semusim Firman kembali merumput bersama Persita, pada tahun 2008, Firman bergabung dengan klub Pelita Jaya yang telah lama dihubungkan dengannya. Namun di klub tersebut, Firman kurang beruntung. Ia kerap menghuni bangku cadangan karena kalah bersaing dengan playmaker asing Esteban Viscara.

Akhirnya di akhir tahun 2009, Pelita Jaya melepasnya ke Persija Jakarta, yang ketika itu diarsiteki oleh pelatih Benny Dollo. Keduanya pun bereuni kembali. Namun ternyata klub sebesar Persija pun tak menjadi labuhan terakhir Firman. Hanya satu musim dirinya merumput dengan kostum oranye-hitam. Pada musim 2010, Firman bergabung dengan klub elit lainnya dari Sumatera, Sriwijaya FC.

Kini Firman menjadi tumpuan baik di tingkat klub maupun nasional. Pemain yang berposisi sebagai gelandang ini terkenal memiliki mobilitas tinggi, daya jelajah luas, kecepatan dan tendangan yang akurat. Pada saat melawan Laos di ajang piala AFF 2010, Firman menunjukkan ketajamannnya dengan menceploskan 2 gol ke gawang Laos.

Firman pun menjabat sebagai kapten setelah rekannya, Bambang Pamungkas, sering dibangkucadangkan. Namun Firman tetap merendah. Dirinya berkata hanya menjabat kapten sementara. kapten sesungguhnya masih tetap Bambang Pamungkas.

Firman Utina berencana menggeluti dunia sepakbola hingga akhir hayatnya. Suami dari Marita Yustika ini mengaku ingin berkarir sebagai pelatih bila sudah pensiun kelak. Saat ini ia hanya ingin fokus bermain, dan tidak memiliki kegiatan sampingan sedikitpun. Dedikasi dan determinasi Firman berbuah manis. Kini namanya akan semakin harum di kancah sepakbola Indonesia, terlebih bila berhasil membawa Merah-Putih menjuarai turnamen piala AFF tahun ini. Bisa dipastikan dirinya akan sejajar dengan para legenda sepakbola Indonesia.